Di tengah persaingan e-commerce yang semakin padat, satu hal penting sering terlewat oleh pemilik toko online, budget marketing yang terlalu fokus ke traffic, tapi lupa membangun trust.
Padahal, tanpa kepercayaan dari calon pelanggan, trafik sebanyak apapun tidak akan berubah menjadi penjualan.
Maka dari itu, tahun 2025 saatnya Anda mengubah pendekatan. Berikut 7 strategi budgeting yang bisa membantu toko online Anda lebih seimbang, efisien, dan berkelanjutan.
Implementasi 7 Strategi Budgeting Toko Online
Riset dari white paper Redcomm berjudul Why Most E-commerce Budgets Fail mengungkap bahwa 72% anggaran marketing toko online masih difokuskan pada performance ads, sementara hanya 28% yang dialokasikan untuk membangun brand dan trust.
Download White Paper Redcomm Gratis dan gunakan data ini untuk meningkatkan performa iklan toko online Anda. Yuk unduh dan baca di artikel Untung Tidaknya Pasang Iklan Online.
Kondisi di atas kurang menguntungkan bagi bisnis karena mengakibatkan cost per acquisition naik, konversi rendah, dan margin makin tertekan.
Untuk mengatasinya, Anda bisa menerapkan strategi di bawah ini:
1. Bagi Budget dengan Proporsi 60:40 (Trust vs Performance)
Selama ini banyak toko online mengalokasikan hampir seluruh anggaran ke iklan digital seperti Facebook Ads atau TikTok Ads demi mengejar penjualan cepat.
Tapi mulai 2025, strategi ini perlu Anda ubah. Proporsi yang lebih sehat adalah 60% untuk brand building, termasuk konten edukatif, engagement sosial media, dan komunitas. Sementara 40% untuk performance marketing, seperti ads dan promo.
Brand yang kuat akan menurunkan biaya akuisisi pelanggan (CAC) secara bertahap karena kepercayaan sudah tertanam. Strategi ini juga mendukung pertumbuhan jangka panjang karena membentuk loyalitas pelanggan.
2. Prioritaskan First-Party Data dan CRM
Seiring hilangnya cookie pihak ketiga dan perubahan privasi seperti iOS 14+, Anda tak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan data dari platform iklan.
Maka, investasi ke sistem CRM dan Customer Data Platform (CDP) menjadi penting. First party data seperti email, histori pembelian, dan interaksi pelanggan, dapat membantu Anda membuat segmentasi dan personalisasi yang lebih akurat.
Pastikan anggaran mencakup biaya software, pelatihan tim, dan automasi email agar data bisa benar-benar Anda manfaatkan, bukan hanya dikumpulkan.
3. Bangun Funnel Nurturing, Bukan Cuma Promo
Promosi tanpa edukasi hanya akan menghasilkan pembeli dadakan, bukan pelanggan setia.
Gunakan sebagian budget untuk membangun funnel: edukasi (via artikel dan video), engagement (via email dan WhatsApp), hingga conversion (retargeting & social proof).
Funnel ini akan mendampingi calon pembeli sejak mereka pertama kenal brand Anda sampai akhirnya percaya dan beli, bahkan repeat order. Ini jauh lebih efisien daripada terus-terusan perang diskon.
4. Alokasikan Dana untuk Konten Berkualitas dan UGC
Konten yang relevan, konsisten, dan otentik adalah fondasi dari brand trust. Mulai dari video explainer, tutorial, behind the scenes, hingga review pelanggan.
Sisihkan dana untuk produksi konten yang terencana dan melibatkan pelanggan (UGC). Konten dari pengguna lebih dipercaya dan lebih engaging, terutama jika dikemas natural, bukan terlalu ‘jualan’.
Konten ini bisa Anda gunakan berulang di berbagai channel, bahkan dapat membantu meningkatkan ROI jangka panjang.
5. Berinvestasi di Community dan Social Proof
Komunitas adalah bentuk trust paling nyata. Anda bisa membangun komunitas di WhatsApp, Telegram, atau Discord untuk menjalin interaksi yang lebih personal.
Alokasikan dana untuk mengelola komunitas, baik itu moderator, giveaway, Q&A, atau program referral.
Di sisi lain, social proof juga harus terlihat di web. Caranya, tampilkan saja badge keamanan, jumlah pembeli, dan testimoni terverifikasi. Semua ini menciptakan kredibilitas instan di mata pengunjung baru.
6. Review ROI Berdasarkan Tipe Campaign
Salah satu kesalahan budgeting terbesar adalah mengukur semua campaign dengan metrik yang sama.
Kampanye brand awareness tidak bisa diukur seperti conversion campaign. Awareness diukur dari reach, impression, dan engagement. Sementara conversion fokus ke CPA dan ROAS.
Budget harus dibagi berdasarkan tujuan, dan evaluasi ROI-nya pun disesuaikan. Ini akan membuat strategi Anda lebih akurat dan hemat.
7. Sisihkan Dana untuk Optimasi dan Eksperimen
Selalu sediakan ruang untuk bereksperimen dengan format baru, platform baru, atau ide konten kreatif.
Alokasikan 10–15% dari total budget marketing untuk testing, karena hanya dengan mencoba hal baru Anda bisa menemukan breakthrough.
Bisa jadi channel baru seperti YouTube Shorts, Pinterest Ads, atau live shopping memberikan ROI lebih tinggi dari channel konvensional. Eksperimen terukur akan membantu Anda adaptif terhadap perubahan pasar dan algoritma.
Tahun 2025 bukan lagi zamannya menghabiskan uang iklan demi trafik semata. Saatnya Anda mengarahkan budget untuk membangun brand yang dipercaya, menciptakan pengalaman yang berkesan, dan membangun relasi jangka panjang.
Masih bingung dan belum tahu cara mengimplementasikan strategi di atas dengan efektif? Jika iya, Anda bisa menghubungi tim profesional dari digital marketing agency Indonesia. Langsung saja hubungi Kontak Redcomm.